LAPORAN ANALISIS NOVEL

sinopsis novel

Jumat, 09 Oktober 2009

NOVEL MENYAPU AWAN DI KAKI BUKIT BARISAN

Rina Mariana

XII-IPA 2

Laporan Analisis Novel dan Biografi Pengarang

MENYAPU AWAN DI KAKI BUKIT BARISAN

Varuni Dian Wijayanti

A. Sinopsis

Koto Tuo merupakan satu desa yang paling besar diantara desa-desa yang terletak di kaki gunung Bukit Barisan. Meski begitu, kehidupan masyarakat di desa Koto Tuo tidak makmur sejahtera. Kehidupan masyarakat Koto Tuo tidak berubah dari keterbelakangannya. Kemiskinan dan kebodohan seakan-akan sudah akrab dengan mereka. Kegairahan hidup yang mestinya tampak pada masyarakat desa, tidak didapati di desa Koto Tuo itu. Rumah-rumah berlantai tanah, seakan-akan menjadi ciri khas kehidupan mereka. Untuk itulah Koto Tuo membutuhkan seorang pahlawan yang benar-benar berhati tulus, ulet, dan bermental baja.

Di desa Koto Tuo tersebut ada satu rumah yang memenuhi kriteria kesehatan, yaitu rumah Dokter Aji anak angkat Datuk Pamenan. Sebagai seorang pendatang dari Jakarta, ia mencoba untuk menyesuaikan diri dengan budaya setempat. Akan tetapi, masyarakat Koto Tuo selalu memperlakukannya dengan kurang sopan, ia berniat kembali ke Jakarta. Akan tetapi, Datuk Sutan Pamenan sebagai orang tua angkatnya tidak mengijinkan. Akhirnya, setelah diberi nasihat olehnya Dokter Aji pun mengurungkan niatnya, ia memutuskan untuk membeli tanah seorang janda tua yang bernama Amak Sholikhah.

Jasa demi jasa pun mengalir dari tangan Dokter Aji bersama Pak Kades, Pak Guru Nasir dan warga-warga lainnya, ia merencanakan pembangunan sumur umum, memperbaiki masjid, pembuatan kolam ikan, simpan pinjam, dan pengiriman beberapa anak cerdas. Akhirnya, rencana-rencana tersebut mencapai keberhasilan, walaupun selalu ada masalah yang menghadang. Contohnya, pada suatu malam Dokter Aji didatangi oleh empat orang laki-laki berkerudung sarung, hingga perutnya ditusuk oleh salah seorang laki-laki itu. Ternyata setelah diselidiki, mereka adalah Isrul dan teman-temannya. Isrul adalah anak Datuk Baharudin, dia akan dinikahkan dengan Yusma, tapi Yusma menolak dengan alasan bahwa dia ingin melanjutkan sekolah dulu. Isrul menyangka bahwa penolakan Yusma itu disebabkan pengaruh Dokter Aji.

Dokter Aji dirawat di Rumah Sakit Padang, disana ia dirawat oleh Dokter Dewi yang ternyata adalah mantan kekasihnya dulu. Setelah ia pulih, ia tetap ingin kembali ke Koto Tuo untuk meneruskan rencananya walaupun ayahnya menyuruhnya kembali ke Jakarta. Waktu terus berlanjut, desa Koto Tuo pun berubah menjadi desa yang makmur dan tidak terbelakang lagi. Dokter Aji diangkat sebagai Datuk Sutan Mahkota Langit untuk menggantikan Datuk Sutan Pamenan.

B. Analisis Unsur Intrinsik

1. Tema

Pendidikan moral dan sosial masyarakat

Di dalam novel tersebut banyak menceritakan tentang perjuangan Dokter Aji yang ingin membangun Desa Koto Tuo itu menjadi desa yang makmur. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan membangun pemikiran-pemikiran masyarakatnya terlebih dahulu. Namun untuk mewujudkannya, ada saja masalah yang menerpa yang disebabkan oleh pemikiran-pemikiran masyarakatnya yang masih terbelakang.

Bahkan ia tidak ingin hanya sekedar menjalankan tugas PTT, lalu pergi meninggalkan desa itu setelah tugasnya berakhir. Lebih dari itu, ia berkeinginan menetap di Koto Tuo untuk selamanya. Sayangnya, keinginan itu masih timbul tenggelam karena kehadirannya belum diterima sepenuhnya oleh masyarakat.”(hal. 15)

2. Tokoh dan Penokohan

a. Dokter Seno Aji

Merupakan tokoh utama. Wataknya pemurah, cerdas, sopan, dermawan, pantang menyerah, peduli pada sesama, dan pemaaf.

“Bahkan, ia tidak ingin hanya sekedar menjalankan tugas PPT, lalu pergi meninggalkan desa itu setelah tugasnya berakhir.”(hal. 15)

b. Datuk Sutan Pamenan (Ayah angkat Dokter Aji)

Merupakan tokoh pembantu. Wataknya, tegas, suka menasehati, penyayang, dan bijaksana.

“Aku tahu persaanmu, Nak. Tetapi nak Aji harus sabar.Mereka berbuat seperti itu lantaran tidak berpendidikan.”(hal. 13)

c. Amak Sholikhah

Merupakan tokoh pembantu. Wataknya baik, peduli pada sesama, rendah hati dan penyayang.

“Sebagai wanita desa, Amak Sholikhah tidak pernah berpikiran muluk-muluk. Baginya, hidup itu hanya sekadar menjalani.”(hal. 21)

d. Pak Guru Nasir

Merupakan tokoh pembantu. Wataknya baik, peduli pada sesama, rendah hati, dan sopan.

“Tapi Pak Dokter, itu sangat berbahaya bagi Pak Dokter!”(hal. 49)

e. Marshal

Merupakan tokoh pembantu. Wataknya baik, pemikirannya kritis, cepat tanggap, dan dapat dipercaya.

“Jangan khawatir sobat, aku juga sudah memikirkan hal itu.”(hal. 39)

f. Dokter Dewi (Mantan kekasih Dokter Aji)

Merupakan tokoh pembantu. Wataknya baik, cerdas, kadang-kadang sombong dan egois.

“Saat itu Dewi sangat mencela niatnya untuk mengabdikan diri di desa terpencil di Pulau Sumatra.”(hal. 77)

g. Isrul

Merupakan tokoh pembantu. Wataknya pada awalnya jahat karena moralnya yang kurang terdidik.

“Di tengah perjalanan, ketiga lelaki yang akan melapor ke kantor polisi di hadang oleh komplotan Isrul.”(hal. 72)

h. Yusma

Merupakan tokoh pembantu. Wataknya cerdas, memiliki semangat tinggi untuk belajar, baik, dan pantang menyerah.

“Yusma tidak sekedar cantik saja, gadis itu juga mempunyai otak cerdas.”(hal. 46)

i. Pak Joko Suseno (ayah kandung Dokter Aji)

Merupakan tokoh pembantu. Wataknya bijaksana, penyayang, dan rendah hati.

“Pak Joko sendiri sudah mengatakan untuk membawa Aji kembali ke Jakarta.”(hal. 81)

j. Nurman

Merupakan tokoh pembantu. Wataknya baik, cerdas dan selalu ingin tahu.

“Gambar apa itu, Pak?”(hal. 23)

k. Pak Isman

Merupakan tokoh pembantu. Wataknya jahat, suka main pukul, tapi di akhir cerita wataknya menjadi baik.

“Pak Isman tidak peduli dengan keadaan anak gadisnya. Ia justru selalu main pukul.”(hal. 47)

3. Latar

3.1 Latar Tempat

a. Desa Koto Tuo

“ Bersama dengan itu, Koto Tuo digegerkan oleh jerit tangis kematian, beberapa penduduk muntaber.” (hal. 27)

b. Rumah Dokter Aji

“ Sementara dirumahnya, Dokter Aji sedang melayani beberapa pasien.” (hal. 56)

c. Kota Padang

“….Aji menyanggut. Tak lama kemudian, jeep tua itu sudah meraung meninggalkan kota Padang.” (hal. 27)

d. Rumah Sakit

“ Setelah menempuh perjalanan hampir lima jam, Ambulance berhenti diruang UGD Rumah Sakit Padang diikuti Jeep Pak Guru Nasir dibelakangnya.”(hal. 65)

e. Restoran

“ Lima belas menit kemudian, Jeep hijau tua itu sudah memasuki pelataran sebuah restoran mewah.” (hal. 68)

f. Hotel

“Sementara di hotel tempat Engku Sutan dan Datuk menginap. Pak Joko Suseno, ayah kandung Aji marah-marah.” (hal. 73)

3.2 Latar Waktu

a. Malam hari

“ Malam itu, rembulan dilangit terengah-engah menerobos tebalnya awan.” (hal. 22)

b. Pagi hari

“ Embun pagi menetes pelan. Daun kamboja berwarna kuning, jatuh di atas gundukan tanah kuburan.” (hal. 35)

c. Siang hari

“ Sampai siang, mentari enggan bersinat. Datuk tidak tega membiarkan Dokter Aji sendirian karena itu, ia selalu mendampinginya.” (hal. 34)

3.3 Latar Suasana

a. Tegang

Kalau begitu kita bakar rumahnya! Biar sekalian ia minggat dari sini! Sambung yang lain memperkeruh keadaan.”(hal. 28)

b. Duka

“Koto Tuo bersedih. Kutu tuo menangis kehilangan warganya yang tercinta!” (hal. 32)

c. Marah

“Bunuh saja aku! Bunuhlah aku! Aku ingin mati saja! Semua orang tidak ada yang peduli padaku! teriak Yusma.”(hal. 47)

d. Bahagia

“….sementara itu Dewi tersenyum bangga, ia mengangguk-anggukan kepala pada warga yang memberikan tepuk tangan.” (hal. 96)

4. Alur

Alur novel tersebut adalah alur maju, karena berurutan dari tahap perkenalan dilanjutkan tahap penampilan masalah, dan diakhiri dengan tahap penyelesaian.

5. Sudut Pandang

Sudut pandang novel tersebut adalah sudut pandang serba tahu. Karena dalam hal ini pengarang seolah-olah tahu banyak hal. Pengarang dapat menemukan segala tingkah laku atau tindak-tanduk tokoh utamanya.

6. Amanat

Apabila kita mendapatkan pekerjaan sebagai apapun, kita harus menjalankan pekerjaan itu sebaik-baiknya karena itu adalah amanat untuk kita. Janganlah kita bekerja hanya untuk mengumpulkan materi saja, tapi bekerjalah dengan hati nurani dan dengan rasa kemanusiaan. Apabila kita punya keinginan yang positif, berusahalah dengan sekuat tenaga. Bila ada masalah yang menerpa, jadikanlah masalah tersebut sebagai cobaan yang pasti akan bisa kita hadapi, karena dimana ada kemauan pasti ada jalan.

C. Analisis Unsur Ekstrinsik

1. Nilai Sosial

Nilai sosial sangat berhubungan dengan cara seseorang berinteraksi dan bersosialisasi.

“Usaha pembuatan kolam ikan itu dapat berjalan dengan lancar. Bahkan sebagian sudah menebar benih. Keadaan itu tentu saja membuat Dokter Aji, Datuk Sutan Pamenan, dan Pak Kades gembira.”(hal. 54)

2. Nilai Moral

Nilai moral selalu dikaitkan dengan budi pekerti dan cara bersikap.

“ ….Satu tahun yang lewat, ketika Datuk melamar, saya terima baik-baik dan Yusma pun mau. Kalau sekarang ia menolak, itu lantaran bujukan kalian. Meskipun saya ini orang bodoh dan miskin, tapi saya juga punya harga diri! Karena itu, aku minta agar kalian tidak usah datang kemari lagi sebelum kesabaran habis!” (hal. 48)

D. Kesimpulan

Novel tersebut mengisahkan perjuangan seorang dokter yang bertugas di daerah terpencil di Pulau Sumatra, tepatnya di Desa Koto Tuo. Ia berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang masih terbelakang dengan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang telah tersedia. Dalam perjuangannya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat Koto Tuo, selalu ada saja masalah yang menghadang. Dan pada akhirnya permasalahan-permasalahan tersebut bisa diselesaikan.

Novel tersebut memiliki unsur-unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang turut membangun cerita. Kepaduan antar unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel terwujud. Unsur-unsur intrinsik dalam novel tersebut diantaranya adalah tema, penokohan, aalur, sudut pandang, latar, dan amanat. Adapun unsur-unsur ekstrinsiknya yaitu nilai sosial dan nilai moral.

E. Biografi Pengarang

Varuni Dian Wijayanti, lahir di Cilacap, Jawa Tengah, 13 Maret 1967. Pendidikan terakhirnya adalah S1 IKIP Muhammadiyah Yogyakarta, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini ia mengajar di SMU 8 Kayu Kalek Lubuk Buaya, Padang, Sumatra Barat. Ia aktif menulis artikel dan esai di berbagai surat kabar. Puisi-puisinya telah dimuat dalam antologi puisi Penobatan pada tahun 1986 di Yogyakarta. Selain itu, ia pernah mengasuh acara apresiasi puisi di Radio EMC Yogyakarta.

Dalam berbagai perlombaan yang diikuti, ia pernah menjadi Juara II dalam lomba membaca berita se-Yogyakarta pada tahun 1986, dan menjadi nominator dalam sayembara penulisan naskah fiksi yang diselenggarakan oleh Depdikbud tingkat Propinsi Sumatra Barat.

Buku Menyapu Awan Di Kaki Bukit Barisan ini adalah Pemenang III Sayembara Penulisan Naskah Buku Bacaan Fiksi SMU Tingkat Pusat yang diselenggarakan oleh Pusta Perbukuan Depdikbud tahun 1997/1998.

F. Hal-hal yang menarik dari Biografi Varuni Dian Wijayanti

1. Varuni Dian Wijayanti pernah menjadi juara II dalam lomba membaca berita se-Yogyakarta pada tahun 1986.

2. Varuni Dian Wijayanti menjadi nominator dalam sayembara penulisan naskah fiksi yang diselenggarakan oleh Depdikbud tingkat Provinsi Sumatera Barat.

3. Buku Menyapu Awan Di Kaki Bukit Barisan ini adalah Pemenang III Sayembara Penulisan Naskah Buku Bacaan Fiksi SMU Tingkat Pusat yang diselenggarakan oleh Pusat Perbukuan Depdibud tahun 1997/1998.

DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Gunawan Budi dkk. 2009. Terampil Berbahasa Indonesia Program IPA dan IPS. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wijayanti, Varuni Dian. 2000. Menyapu Awan Di Kaki Bukit Barisan. Jakarta: Adicita Karya Nusa.